Jakarta, Skalainfo.net| Menanggapi berita yang diterbitkan oleh media kompas pada (21/8) berjudul ‘Selamatkan Ekosistem Media’ pada dasarnya pertumbuhan digital global plat-from itu mengikuti jaman yang serba digital, kemudian didorong oleh personalisme yang mumpuni mengembangkan informasi sesuai fakta dan hati nurani yang terjadi kepada rakyat Indonesia. Professional jurnalisme melekat pada pewarta warga, bukan datangnya dari verifikasi dewan pers, namun penyampaian informasi yang akurat dan berimbang itu menjadi pilihan istimewa menghormati kode etik jurnalis dan bertanggungjawab. Tertuang pada UU Pers No. 40 Tahun 1999, Pasal. 4 ayat (3). Sabtu, 24/08/2024.
Seorang jurnalis senior dan tokoh nasional Wilson Lalengke, S.Pd, M.Sc, MA, dalam Catatan pribadinya juga memberi sanggahan atas berita yang beredar pada media kompas beberapa hari lalu tersebut.
Dalam catatannya itu menyampaikan: Pola pikir kompas ini masih jadul, masih berada di dunia press alias cetak. Norak! Ketinggalan jauh dari mindset media yang dikembangkan masyarakat berbasis jurnalisme warga a.k.a. citizen journalism yang sangat masif saat ini. Opini kompas yang linier dengan pola pikir Dewan pecundang Pers, yang kerjanya hanya mengebiri kebebasan dan kemerdekaan bersuara rakyat selama berpuluh tahun keberadaan media kompas dan dewan pers, itu telah melahirkan masyarakat yang inferior terhadap penguasa, aparat, dan orang kaya.
Usulan kompas dan dewan pers untuk membatasi lahirnya perusahaan-perusahaan media merupakan pemikiran jadul yang melawan zaman. Naif bin go-block!
Usul nyeleneh saya, kalau sudah tidak kuat, sebaiknya kompas tutup saja. Jangan jadi perampok ruang publikasi publik dengan dalih bullshit anda. Ini bukan jaman orde baru yang hanya pers berlisensi Deppen yang boleh eksis. Kompas sebenarnya sejak dulu kala adalah penyemai bibit KKN yang hanya mementingkan kelompoknya sendiri. Lihat itu si wartawan kompas hendry bangunan dan kawan-kawannya yang jadi koruptor dana hibah BUMN. Ini tentunya harus jadi bagian dari tanggung jawab kompas dan dewan pers yang menjadi pembina mental korup wartawannya selama ini.
Mungkin karena usaha perhotelannya mulai lesu seiring masuknya investasi di bidang perhotelan yang lebih bagus dalam hal fasilitas dan pelayanan, mengakibatkan kompas ingin mengakuisisi kembali ruang publikasi rakyat yaa. Bangun broo… Hari sudah siang, jurnalisme AI sebentar lagi merajai dunia publikasi kita. Makasih, tutup Wilson Lalengke, S.Pd, M.Sc, MA, Alumni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012.
Wilson Lalengke adalah wartawan senior yang terkenal getol membela warga terzolimi di berbagai daerah di Indonesia ini. (Red/Alfi).
