Tangsel, Skalainfo.net| Kedaulatan pangan adalah hak setiap bangsa untuk mengontrol sistem pangan mereka sendiri, termasuk produksi, distribusi, dan konsumsi. Namun, dalam era globalisasi, kedaulatan pangan seringkali terancam oleh impor pangan yang tidak terkontrol dan penggunaan teknologi yang tidak ramah lingkungan dan ini juga terjadi di Indonesia termasuk di Kota Tangerang Selatan juga merasakan itu sehingga diharapkan ada kesadaran bersama semua pihak terkait untuk menyikapi serta membuat satu gebrakan inovasi dan kreativitas untuk mengurangi pengaruh itu di Kota Tangerang Selatan. Minggu, 21/12/2025.
Membangun Kedaulatan Pangan Berkelanjutan;
Untuk membangun kedaulatan pangan berkelanjutan, kita harus mengembalikan kearifan lokal dan tradisi ketersediaan pangan, produk pertanian, hasil Perikanan dan hewan ternak dari peternakan yang ada tentunya ini telah diwariskan oleh nenek moyang kita.
“Kearifan lokal ini mencakup pengetahuan tentang tanah, iklim, dan tanaman serta semua potensi pendukungnya yang sesuai dengan lingkungan kita di Tangerang Selatan”.

Kearifan Lokal sebagai Solusi;
Kearifan lokal dapat menjadi solusi untuk membangun kedaulatan pangan berkelanjutan karena:
– Menggunakan sumber daya alam yang tersedia secara local.
– Mengurangi ketergantungan pada impor pangan.
– Meningkatkan pendapatan petani local.
– Melestarikan keanekaragaman hayati.
Langkah-langkah untuk Membangun Kedaulatan Pangan Berkelanjutan;
– Mendukung petani dan peternak lokal yang berbasis kearifan lokal kota Tangerang Selatan.
– Mengembangkan sistem pangan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
– Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kedaulatan pangan.
– Mengadvokasi kebijakan yang mendukung kedaulatan pangan berkelanjutan.
Dengan membangun kedaulatan pangan berkelanjutan berbasis kearifan lokal, kita dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melestarikan lingkungan, dan meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Dalam kesempatan itu juga Kepala DKP3 Kota Tangerang Selatan yang hadir di wakili oleh Bapak Wismansyah sebagai Kabid Ketersediaan dan Distribusi Pangan menjadi narasumber dalam Tangsel The Series Part 3, setiap Minggu dilaksanakan di Rumah Tambi Historia tentunya juga memberikan pemahaman sama bahwa kesadaran bersama untuk melihat perlunya segera difasilitasi kegiatan-kegiatan masyarakat yang menginisiasi mewujudkan atau memberikan usaha untuk kedaulatan pangan di kota Tangerang Selatan.
Berbasis kearifan lokal seperti yang sudah berjalan yaitu memotivasi masyarakat kota Tangerang Selatan untuk mendukung upaya DKP3 Kota Tangerang Selatan dengan mensukseskan RW Mantap, KWT (Kelompok Wanita Tani), Poktan (Kelompok Tani ), Pokdakan (Kelompok Budidaya Perikanan) serta upaya memanfaatkan potensi-potensi yang ada di wilayah kota Tangerang Selatan dalam berkegiatan peternakan, pertanian, perikanan air tawar dan lainnya dengan tekhnologi ramah lingkungan serta padat karya.
Sebagaimana menjawab beberapa pertanyaan mendasar dari Daeng Rahmat sebagai (moderator) yang menyampaikan ditengah masyarakat kota Tangerang Selatan itu sudah umum pertanyaan dasar yaitu: Ketersediaan lahan, Pendampingan Usaha dan Offtaker dari produk pertanian, peternakan dan perikanan mereka serta yang paling penting itu adalah apakah pemerintah kota Tangerang Selatan sudah memberikan dasar hukum kegiatan tersebut berupa peraturan walikota (Perwal) atau aturan lainnya sehingga upaya ini bukan saja gerakan kelompok saja.
Ketua Umum Yayasan Historia Tangsel, Agam Pamungkas Lubah juga menyarankan adanya fasilitas untuk menampung hasil-hasil sebagai pusat logistik lokal kota Tangerang Selatan sehingga masyarakat bisa semangat bergerak dalam hal itu serta kita Tangerang Selatan selalu punya ketersediaan pangan dengan pola distribusi yang memudahkan masyarakat mengaksesnya.
Adapun juga pertanyaan mendasar dari anggota Historia sebut saja namanya Bu Indah yang menanyakan, sejauh mana DKP3 Tangerang Selatan menjalin komunikasi dengan pihak pasar-pasar tradisional sampai modern di kota Tangerang Selatan sehingga informasi kenaikan harga komoditas pokok tersampaikan kepada masyarakat termasuk kepada para pelaku kegiatan usaha pertanian, perikanan dan peternakan di kota Tangerang Selatan. Contohnya dengan akan adanya resiko Nataru (Natal dan Tahun Baru) akan mendorong naiknya beberapa komoditas pokok seperti contoh cabay dan mungkin juga lainnya.
Kembali direspon pertanyaan itu oleh Pak Kabid Wisman memaparkan bahwa sebagaimana data statistik 10 bahan pokok kebutuhan strategis masyarakat kota Tangerang Selatan, masih 60-70% membutuhkan supply dari luar kota Tangerang Selatan. Jadi potensi untuk kelangkaan 10 bahan pokok itu sangat memungkinkan jika sumber mengalami kendala tehnis ataupun non tehnis contohnya lokasi sumber mengalami gagal panen, banjir serta kendala lainnya maka sangat diharapkan para pelaku usaha pertanian, peternakan dan perikanan di kota Tangerang Selatan bisa sedikit atau banyak membantu menjaga itu jangan sampai krisis pangan di kota Tangerang Selatan, ujar Kabid Wisman.
Menutup acara moderator menyimpulkan ada baiknya dibuatkan forum diskusi khusus antara semua OPD terkait hal itu dengan di dalamnya melibatkan komponen masyarakat pelaku usaha pertanian, perikanan dan peternakan agar kendala tersebut menjadi upaya bersama mengantisipasinya.
Sehingga harapan masyarakat agar ketersediaan kebutuhan pangan mereka selalu terjaga serta tersedia dengan baik juga terjangkau untuk masyarakat dalam membelinya untuk kebutuhan sehari-harinya, tutup Moderator. (Red/Alfi).
