Pasuruan, Skalainfo.net| Inilah Kajian Tak Biasa bahwa BARU di definisi ini, bukan baru anyar atau baru new, tetapi justru mengarah pada sejatinya sejati; BARU inilah yang sesungguhnya, BARU inilah senyata nyatanya, BARU inilah wujud maksud yang dimaksud, dari hakiki hakekat kebenAran dalam_dalam kebenAran atas Warisan Budaya Pusaka milik Bangsa Indonesia, dalam jati diri Manusantara Raya, khususnya dalam Wedharan Gelaran Wayang Kulit Ringgit Purwo Klasik. Jum’at, 19/12/2025.

Kronologis Peristiwa:

Ki Winarno Sabda, Sanggar Budaya NWB ( Ngesthi Wedharing Budaya), Ki Dalang Pasuruan dan Desa Mororejo Gunung Bromo, turun gunung menuju ke Surabaya, Pendopo Agung Taman Budaya Cak Durasim Surabaya Jawa Timur, untuk menghadiri Acara Perayaan Pernikahan Putra Wayah Bromo, Putra Pak Oke Wartana dan Putri Pak Heri asal Kota Surabaya.

Bersama sama Kita berdua menyaksikan penyelenggaraan terjadinya wujud “Rancangan Agung Gusti Kang Maha Gesang lan Maha Kuwasa”, di Hari Sabtu, 13/12/2025, yang bertepatan dengan Hari Dirgahayu Nusantara, di sana, dengan beberapa Peristiwa, Fenomena, Kejadian, Kisah sebagai berikut :

Pertama: Terjadi Pernikahan Masyarakat Adat Bromo dan Adat Kota Surabaya (2025).

Kedua: Tepat di depan atas, Gedung Gubernuran  Grahadi Surabaya Propinsi Jawa Timur, ada yang  bertulis “Gerbang Baru Nusantara”.

Ketiga: Sinkronisasi Wayang Budaya Jawa.

Dalam buku “Wayang Budaya Jawa”, terbitan Semarang, Penulis Sujamto, 1992. Kita menemukan wilayah pertemuan dua episentrum peradaban budaya wayang Jawa Timur & Jawa Tengah adanya di Wedharan Wayang Kulit Ringgit Purwo Klasik.

Keempat :

Sinkronisasi Pedalangan Jawa Timur dan Jawa Tengah (Baca : Pada serangkaian Saresehan ROS : Roso Orep Sejati dari Bulan Agustus sd Desember 2025, hingga seterusnya):

Wedharan dan pedalangan Jawa Timuran di wakili oleh Ki Sudarto Carito dari Sanggar Sekar Sari Purwosari Pasuruan.

Wedharan dan pedalangan Jawa Tengahan diwakili oleh Ki Winarno Sabda, asal dari Desa Mororejo Gunung Bromo bersama Sanggar Budayanya, NWB (Ngesti Wedharing Budaya), Kebon Candi Gondang Wetan Pasuruan.

Kelima : Standarisasi Lokasi Laku Lampah Kaweruh Batin, Dalang Jawa Wayang Kulit Ringgit Purwo Klasik, adanya di Kawasan Puncak Gunung Ringgit Purwo di Gunung Arjuno.

Berdasarkan referensi dari Napak Tilas Ki Dalang Sulaiman almarhum, Dalang Jawatimuran yang menyempurnakan laku lampah dalam konteks ini (catatan: bisa pake laku batin cara lainnya. red.) dengan menggunakan patrap, laku batinnya KBTTPK (Kaweruh Batin Tulis Tanpa Papan Kasunyatan)nya, sebagai kelayakan dan kesempurnaan Laku Batin bagi kelengkapan seorang Dalang, sesudah menerima saran, nasehat dan direstui oleh Guru Laku Kaweruh Batinnya, yaitu Ki Mulyadi almarhum, sesepuh KBTTPK Pasuruan, untuk laku lampahnya tergenapi sempurna, dengan  mendaki sampai ke Puncak Ringgit Purwo Gunung Arjuno, untuk beritus ritual mendapat kesempurnaan ilmunya menjadi Sang Dalang Wayang Kulit Ringgit Purwo Klasik seutuhnya.

Keenam: Tidak Ada yang Kebetulan di Dunia Ini.

Pada saat itu, Kita berdua, meyaksikan latihan glady bersih, untuk menyambut kunjungan Tamu Kehormatan dari Negara Australia, untuk menyaksikan Performance 2 Dalang Cilik Kembar Tunanetra  bernama Nakula Sadewa di Ruang Seni Taman Budaya Surabaya Cak Durasim.

Perayaan Hari Kelahiran 2 Dalang Cilik Tunanetra: Nakula Sadewa tersebut, kok ternyata juga bertepatan tgl 13/12/2025, Hari Nusantara.

Catatan pendukung:

Pemantapan Regenerasi Dalang Muda Jawa Timur: sudah dilakukan pada Festival Dalang Muda, 17-18 November 2025, sebanyak 30 orang peserta di tempat yang sama.

Hal hal di atas melahirkan rekomendasi terbukanya gerbang baru dari pemulihan pemuliaan kebangkitan budaya peradaban Nusantara Indonesia yaitu :

Sinkronisasi Angka 38 dan 24 (baca: 24=3×8. red.) dengan  penalaran sbb :

Rekomendasi Pertama: Membaca berdasarkan Alat Logika Penalaran dari 64 Angka Mandala Utama; berasal dari 8×8 Anasir langit dan bumi yang terkandung di dalam Kitab I Ching Hastabrata China Jawa.

Gerbang 38 Surabaya Jawa Timur Indonesia Raya.

Propinsi Jawa Timur ada 38 Kota Kabupaten dan Indonesia ada 38 Propinsi.

Gerbang 24 Gunung Bromo Kabupaten Pasuruan.

Kabupaten Pasuruan ada 24 Kecamatan, 8 Mandala Putra Putri Eyang Roro Anteng &Joko Seger yang tersebar dalam Mandala Kawasan Gunung Bromo, juga berangka 24,  mereka berada di sana dibagi 8 Penjuru, berisi masing masing 3 Orang.

Angka 24 adalah Angka Membilang arti maknanya : “Kembali Ke Awal”

Angka 38 adalah Angka Arti Makna “Divergence : Kebhinekaan”, di mana pada  tanggal, 17/06/2022 Kecamatan Tosari telah berhasil di tetapkan sebagai Kecamatan Bhinneka Tunggal Ika oleh Pemerintah RI.

Catatan Sejarah:

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) meresmikan Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan sebagai Kecamatan Bhinneka Tunggal Ika.

Peresmian tersebut digelar di sela-sela Jambore Kemah Bhakti dan Rakornas Banser di Lapangan Desa Ledok, jumat (17/06/2022) siang, dan disaksikan langsung oleh Bupati Pasuruan, Dr HM Irsyad Yusuf (Gus Irsyad) dan undangan lainnya.

Dari pantauan di lapangan, peresmian Kecamatan Tosari sebagai Kecamatan Bhinneka Tunggal Ika ditandai dengan penandatanganan prasasti, plus Desa Ngadiwono yang juga diresmikan sebagai Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama serta Masjid Pancasila di Dusun Banyumeneng.

Rekomendasi Kedua :

Wedharing Gunungan:  Gunung Bromo Gunung Batok.

Batok Sirah Kepala Budaya Peradaban yang Bertubuhkan Kebudayaan BerBhinneka Tunggal Ika, sudah di akui oleh Pemerintah, selarasan dengan hasil rintisan Kita bersama, yang berhasil dengan sukses di Tahun 2013, dimana, Kita bersama 600 Mahasiswa beragam Fakultas, dari Universitas Airlangga melakukan, Study Excursie dengan Judul “Dialog Peradaban Lintas Agama dan Budaya Penerapan Kehidupan Multikultural dan Kerukunan Umat Beragama”, di Gedung Wonokitri, mengikuti acara Kasada Bromo di Gedung Kelurahan Tosari, Kita semua dengan para dosen pendamping menginap di Desa Tosari Kecamatan Tosari & Desa Ngadirejo Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa Timur, pada 19-20 Oktober 2013.

Demikianlah dasar peristiwa dan sejarah bagi Kita, yang bisa menjadi latar belakang untuk diselenggarakan serangkaian kegiatan lanjutan, untuk menggarap Potensi dan Momentum bagi Kita bersama sama, untuk lebih tanggap, cerdas, masif inovatif dan kreatif dalam melakukan praktek laku lampah otentik berkelanjutan dari Wedharan Gelaran Wayang Kulit Ringgit Purwo Klasik sebagai Gerbang Baru Nusantara Indonesia Emas 2025 – 2045. (Red).

Penulis : Guntur Bisowarno (Budayawan Pasuruan)

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

-+=