Purwosari, Skalainfo.net| Dalam Rahmat 11; Kawelasane Gusti; Kasih Sayang Cintane Gusti, narasi di bawah ini bisa terjadi dan menjadi serta lahir berkelahiran 12 (baca: Jawa kuno berbunyi rolas, bersastra ; rong e las, lubang gua garba jaman keemasan Indonesia Raya. red). Kamis, 11/12/2025.

Bersama riset dan laku lampah Team Pusat Bahasa Bahasan Bamboo Spirit Nusantara Support System, Penjelasan, Pencerahan serta Penalaran di bawah ini Kita kerjakan dengan seksama:

Dua Soko Guru Indonesianisasi Gerejawi;

Seperti proses Indonesianisasi yang umum pada dasarnya ditopang oleh lima “Soko Guru”, yakni Pancasila, dapat dinyatakan juga bahwa proses Indonesianisasi Gerejawi dilandaskan pada dua Soko Guru. Di satu pihak, itu adalah prinsip prinsip Katolik umum universal, dan di lain pihak prinsip prinsip Khas Indonesia yang Istimewa. Dalam “Dokumen Indonesianisasi” tahun 1972, kedua prinsip itu dirumuskan sebagai berikut.

Pertama : Gereja Setempat Indonesia tidak dapat memutuskan ikatan – ikatannya dengan Gereja Katolik Semesta. Gereja Semesta harus tetap tetap tampak dalam Gereja Setempat.

Kedua : Gereja Setempat Indonesia seperti seluruh masyarakat Indonesia harus menampilkan Bhinneka Tunggal Ika. Pemerintah sangat berusaha merangsang dan mengembangkan kebudayaan nasional yang meneguhkan “jati diri bangsa dan mendukung kebanggaan nasional serta kesatuan nasional”.

Itu menjalankannya dengan memperdalam dan mendorong kebudayaan kebudayaan regional, yang merupakan unsur unsur terpenting untuk memperkaya dan mewarnai kebudayaan nasional. Di bidang Gerejawi, itu berarti bahwa pengembangan Gereja di berbagai keuskupan juga akan berbeda beda.

Indonesianisasi jangan berhenti seolah olah penghayatan iman oleh umat beriman di semua daerah seluruh Indonesia harus bersifat seragam dan harus sama saja.

Pada kedua Soko Guru itu, Gereja Indonesia setempat perlu selanjutnya terus dibangun. Ke-Indonesiaannya harus menyempurnakan Kekatolikkan ya dan Kekatolikkannya harus menyempurnakan keIndonesiaannya.

Catatan : Indonesia adalah Kesatuan dalam Keragaman.

Sumber Dasar Kinerja Sinergitas Terpadu di atas, berdasarkan yang sudah tertulis di dalam buku terbitan Kanisius tahun 2005, berjudul Indonesianisasi Dari Gereja Katolik di Indonesia Menjadi Gereja Katolik Indonesia., Karangan Dr. Huub J.W.M. Boelaars, OFCM Cap., Kita bisa menemukan rujukan dan dasar pemikiran tentang Indonesia Istimewa – Istimewa Indonesia.

Inkulturisasi Budaya Pertama : Sinergitas Goa Maria Ratu Damai dengan Sendang Purwaningsih.

Inkulturisasi Budaya Kedua : Sinergitas Goa Maria Ratu Damai dengan Sumur Bukit Sendang Purwaningsih.

Inkulturisasi Budaya Ketiga : Perayaan Liturgis Misa dan Lagu dengan Bahasa Jawa, di pimpin Tarjiman, Ki Supar, Ki Suparlan, Leo, Suhadiyono dan Carolus Supriyadi.

Inkulturisasi Budaya Keempat : Perayaan Liturgis Misa diiringi gamelan dan tembang Budaya Jawa, oleh Paguyuban Karawitan St. Yohanes Maria Vianney Pagas Kertanegara Singosari.

Inkulturisasi Budaya Kelima:  Kotbah Dalam Bahasa Jawa, oleh Romo Fajar Pr dari Gereja Katolik St. Yohanes Maria Vianney Pagas Kertanegara Singosari.

Inkulturisasi Budaya Keenam : Sinergitas Kekatolikkan di sempurnakan oleh Esensi Inti Sari, arti makna kaweruh karunia kerahayuan dari Sendang Purwaningsih dan Desa Purworejo.

Inkulturisasi Budaya Ketujuh : Sinergitas Pintu Porta Sancta dengan Esensi Inti Sari Wahyu Jaman Keemasan Yubileum Agung 2025, perihal “Indonesia Istimewa_Istimewa Indonesia Emas” di Sendang Purwaningsih.

Hal ini sudah Kita buktikan dengan “Penghayatan Rasa Perasaan yang Otentik ” dalam dua kali kunjungan sebagai partisipan terlibat langsung, di gladi bersih 27/11/2025 hingga pelaksanaannya, Malam Jumat Legi, 4/12/2025 di acara Misa Perayaan Liturgi Porta Sancta Yubileum Agung 2025. (Red).

Penulis : Guntur Bisowarno (Budayawan Purwosari Pasuruan)

By Admin

-+=