Oleh : Indra Jaya, ST, SH. Ketua Umum Forum Komunikasi Minangkabau Bersatu (FKMB)
Tangerang, Skalainfo.net| Tragedi memilukan kembali menyelimuti perjalanan demokrasi di negeri ini. Dalam aksi demonstrasi yang digelar pada hari Kamis, 28 Agustus 2025, seorang pengemudi ojek online (ojol) dilaporkan meninggal dunia setelah terlindas kendaraan taktis milik aparat kepolisian. Sontak, kabar ini mengejutkan publik dan menorehkan luka mendalam dalam nurani bangsa. Jum’at, 29/08/2025.
Bagi saya, peristiwa ini bukan sekadar kecelakaan di tengah kerumunan. Ini adalah tragedi kemanusiaan. Seorang rakyat kecil, yang sehari-hari menggantungkan hidupnya pada roda sepeda motor untuk menghidupi keluarga, justru meregang nyawa di jalanan kota akibat kelalaian sistem yang seharusnya menjamin keamanan.
“Apakah kita masih bisa mengatakan bahwa negara hadir untuk rakyat, bila rakyat justru yang menjadi korban?”
Demonstrasi sejatinya adalah hak konstitusional warga negara, sebagaimana dijamin oleh UUD 1945. Rakyat berhak menyampaikan pendapat di muka umum secara damai, dan aparat negara hadir bukan untuk menakut-nakuti atau menindas, melainkan untuk melindungi. Namun, ketika pengamanan justru berujung pada kematian seorang warga sipil, kita dipaksa untuk bertanya: di manakah letak nurani kemanusiaan itu?
Tragedi ini harus menjadi titik balik. Negara tidak boleh lagi memandang pengamanan aksi semata-mata dari kacamata kekuasaan. Aparat harus mengedepankan pendekatan humanis, persuasif, dan selalu menempatkan keselamatan rakyat di atas segalanya.
Kita tidak ingin melihat lagi rakyat kecil, seperti pengemudi ojol yang bekerja keras demi sesuap nasi, menjadi korban atas kelalaian negara. Satu nyawa rakyat lebih berharga dari seribu alasan politik.
Oleh sebab itu, saya menegaskan bahwa peristiwa ini harus ditindaklanjuti dengan investigasi yang transparan, pertanggungjawaban institusional yang jelas, serta reformasi menyeluruh dalam paradigma pengamanan aksi massa. Negara harus berani berpihak pada rakyat, bukan sekadar mempertahankan wibawa semu.
Tragedi ini adalah ujian moral bagi bangsa kita. Apakah kita benar-benar menempatkan rakyat sebagai pemilik kedaulatan, atau sekadar menjadikannya jargon kosong dalam ruang-ruang politik?
Keadilan bagi almarhum pengemudi ojol ini bukan hanya tuntutan, melainkan kewajiban moral kita sebagai bangsa. Karena ketika rakyat kecil jatuh korban dan negara bungkam, maka saat itulah kita kehilangan ruh kemanusiaan.
Demokrasi tanpa perlindungan rakyat hanyalah ilusi. Kemanusiaan tanpa keadilan hanyalah retorika. Dan perjuangan tanpa keberpihakan pada rakyat hanyalah kepalsuan. (Red).
Penulis : Ketua Umum FKMB.
