Pasuruan, Skalainfo.net| Tim Galeri Dharma Arjuna Jawa Timur Bersama Bamboo Spirit Nusantara Support System. Melakukan Kunjungan di Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger.

Senin Kliwon, 22 Juli 2024/1446 H. (15 Djawa Sasi Sura 1958 Saka, berada di Tahun Je Windu Sancaya).

Gunung Bromo atau dalam bahasa Tengger dieja “Brama,” juga disebut Kaldera Tengger, adalah sebuah gunung yang masih aktif di Jawa Timur, Indonesia. Gunung ini memiliki ketinggian 2.614 meter di atas permukaan laut dan berada dalam empat wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang. Gunung Bromo terkenal sebagai objek wisata utama di Jawa Timur.

Nama Bromo berasal dari nama Dewa Utama dalam kepercayaan Hindu, Brahma. “Deva (Dewa)” dalam bahasa sansekerta berasal dari kata Div yang bermakna “Yang Bersinar” (Percikan Cahaya Illahi).

Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara Lembah dan Ngarai dengan Kaldera atau Lautan Pasir. Selain menjadi destinasi wisata di Indonesia, Gunung Bromo berdampak menyuburkan lahan tanah khususnya pertanian untuk sayur-mayur.

Komoditas pertanian pada kawasan Gunung Bromo diantaranya seperti Tanaman Kentang, Kubis, Bawang Pre Putih. Beserta jajaran Pohon Bambu, Pisang, Cemara, Mahoni, disepanjang perjalanan dari arah Purwodadi Pasuruan menuju kawasan Gunung Bromo Tengger lewat Desa Nongkojajar Pasuruan, menjadi media healing holistik terpadu bersama alam.

“Kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru dan Arjuno” sejak 9 Juni 2015 telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cagar Biosfer. (Informasi dari berbagai sumber terkait).

Gunung Bromo sebagai Cagar biosfer adalah suatu kawasan yang terdiri dari ekosistem asli, ekosistem unik, dan atau ekosistem yang telah mengalami degradasi yang keseluruhan unsur alamnya dilindungi dan dilestarikan bagi kepentingan penelitian dan pendidikan.

Menurut UU No. 5 Tahun 1990, cagar biosfer merupakan suatu kawasan yang dibagi menjadi beberapa zonasi. Cagar biosfer menjadi sebuah kawasan konservasi yang keberadaannya diakui secara internasional sebagai suatu kawasan yang melestarikan keseimbangan hubungan antara manusia dan lingkungan. Secara umum, cagar biosfer memiliki tiga zona, yakni zona inti sebagai kawasan konservasi, zona penyangga sebagai kawasan pelindung zona inti, serta zona transisi-transisi yang diperuntukkan bagi kawasan pembangunan berkelanjutan.

Cagar Biosfer merupakan suatu konsep pengelolaan kawasan yang meliputi bentang alam ekosistem darat, pesisir, dan laut yang diakui secara internasional oleh UNESCO khususnya program Manusia dan Biosfer (MAB). Penerapan konsep Cagar Biosfer bertujuan menyeimbangkan kepentingan konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya dengan kepentingan sosial ekonomi berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menurut nilai kearifan budaya (budi daya luhur) lokal Bromo Tengger dari tutur turun tumurun nenek moyang cikal bakal Bromo Eyang Joko Seger & Rara Anteng. Dalam penghayatan, bahwa apapun keyakinan umat manusia, pasti menuju tujuan hidup yang Anteng (tenang) dan Seger (makmur).

“Ketenangan dan kesejahteraan inilah sebenarnya sajatining urip (kehidupan sejati). Dalam kajian bahasan dan bahasa sastra linguistik semantic”.

Anteng dan Seger yang menjadi keluhuran orang Tengger ini diungkapkan dengan rahsa syukur kepada Sang Hyang Widhi Wasa dan sembah bhakti kepada pendahulu leluhur kita yaitu Kusuma, atau Raden Kusuma sebagai Sang Dewa Kusuma. Anak bungsu (personifikasi) Rara Anteng dan Jaka Seger, dengan menggunakan pusat pemujaan yaitu Gunung Bromo.

Asal suku kata Tengger berasal dari  an-Teng (tenang) dan se-Ger (segar). Masyarakat Tengger menghayati betul ajaran ini. Konsep anTeng – seGer (Teng-Ger) yang berarti damai dan makmur ini begitu dihayati oleh masyarakat Tengger. Menjadikan tetenger (tanda) empat arah mata angin yang mengelilingi Gunung Bromo. Semacam konsep kearifan kejawen yang berbunyi kiblat papat limo pancer, Suku Tengger seolah mengidentifikasi diri sebagai kiblat papat dan gunung Bromo sebagai pancerNYA. (Red).

Rahayu Sagung Dumadi.

Penulis : Dwi Indah Suryaningsih

Editor : Guntur Bisowarno

By Admin

-+=