Jakarta, Skalainfo.net| Dalam kecanggihan teknologi yang berkembang pesat tentu sangat berpengaruh dalam mempertahankan kearifan lokal. Sehingga harus disikapi dengan baik agar tidak tergerus dengan adanya kecanggihan teknologi pada era milenial. Peran generasi muda untuk melestarikan warisan budaya dan kearifan lokal sekarang ini tidak akan dikalahkan oleh era globalisasi dan tidak tergantikan oleh budaya asing.
Sehingga hal inilah yang menyebabkan diperlukannya beberapa cara untuk melestarikannya. Oleh karena itu, pentingnya Gen-Z (lahir tahun 1997-2012) sebagai wadah pelestarian budaya dan kearifan lokal untuk mewujudkan Indonesia Emas Tahun 2045. Jum’at, 10/05/2024.
Ada 4 (empat) peran dalam mengajak generasi muda untuk turut serta secara aktif melestarikan budaya dan kearifan lokal, yaitu sebagai berikut: Pertama, menjadi agen perubahan yang selalu memiliki rasa bangga terhadap budaya dan lingkungan serta kearifan lokal budaya lain. Budaya Indonesia yang beragam tentu dapat menarik minat pengetahuan bagi generasi zoomer (Gen-Z) ini, yang selanjutnya akan menumbuhkan rasa mencintai pada budaya Bangsa Indonesia yang sangat beragam.
Kedua, Indonesia memiliki banyak keragaman budaya sehingga patut dijaga dengan baik agar tidak diambil alih oleh Negara lain. Upaya tersebut harus dilakukan dengan cara mempromosikan lebih gencar lagi baik di dalam maupun di luar negeri, agar masyarakat dunia mengenal budaya Indonesia dengan baik.
Ketiga, Melahirkan kesadaran untuk melestarikan budaya dan kearifan lokal di Indonesia. Potensi itu dapat berkembang pesat dengan adanya kesadaran untuk melestarikan, menjaga serta melindungi dari berbagai ancaman. Keempat, memilki rasa kebanggaan terhadap budaya dan kearifan lokal bangsa Indonesia.
Menilik Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, yang sejak di keluarkannya dan disahkannya Undang-Undang (UU) No. 2 Tahun 2024 tentang Daerah Khusus Jakarta, serta menjelang pergantian pimpinan daerah pada bulan November 2024 nanti, program pelestarian budaya dan kearifan lokal yang selama ini sudah dilakukan oleh Pemerintahan sebelumnya, akan lebih ditingkatkan lagi dengan program-program yang terintegrasi serta lebih melibatkan Gen-Z yang jumlahnya 2,7 juta jiwa atau 25,72% dari jumlah penduduk Jakarta (2020).
Program ini juga diusung oleh salah satu tokoh muda yaitu Miko Julianto, S.kom S.T BSc M.Psi seorang anak muda berdarah asli Betawi yang mengerti betul tentang kultural Kota Jakarta. Menginisiasi untuk mengajak peran Gen Z dalam melestarikan budaya dan kearifan lokal.
“Walau tidak mudah mengajak rentang usai pada Gen-Z ini karena serbuan teknologi informasi yang begitu deras sehingga hampir menggerus kecintaan kepada budaya local”.
Miko Julianto mengatakan, salah satu cara mengenalkan kecintaaan pada budaya lokal, peran Gen-Z selalu dilibatkan dalam kegiatan acara budaya dan membuka ruang-ruang untuk mereka dapat berkreasi, seperti Taman Ismail Marzuki dan Gedung Kesenian Jakarta, ucapnya.
Festival Teater Anak yang sudah dilaksanakan di Jakarta selama beberapa tahun ini pun, sudah menarik minat mereka untuk ambil bagian dalam pementasan seni.
Semua upaya itu dilakukan untuk mengajak keikutsertaan generasi muda khususnya Generasi Zoomer (Gen-Z) untuk melestarikan budaya Betawi atau Jakarta, yang pada akhirnya mereka memilki kebanggaan dalam dirinya, apalagi ditambah dengan apresiasi Pemerintah dan masyarakat. Semoga segala opsi yang dilakukan untuk (DKJ) membuahkan hasil yang optimal dan berkelanjutan, pungkas Miko Julianto. (Red/Alfi).
