Oleh : Chandra Guntur Sinaga
Medan, Skalainfo.net| Keceriaan yang selalu mengisi kehidupan keluargaku perlahan-lahan redup bagaikan lilin yang habis terbakar meninggalkan lelehan air bening dan akhirnya membeku, tinggalkan diriku dalam gelap, tak seorangpun yang dapat mengerti perasaanku setelah kepergiannya paska covid-19. Sampai saat ini tak tahu siapa diriku sebenarnya, sehingga bahtera ini sulit ku dayungkan untuk pergi, karena semua orang banyak yang mengambil hak-hak apa yang sudah kumiliki. Medan, 13/6/2022.
Keluarga yang ku dambakan untuk menuntun jalan hidup ku justru memberi kebimbangan yang sulit untuk ku pahami, apakah ini balasan perbuatan ku yang selama ini kucoba mencintai mereka walaupun mereka itu adalah saudara dari (istri) belahan jiwaku?
Oh,..Tuhan…mereka lah keluargaku, istri dan anak-anakku belahan jiwaku. Takdir ini hanya Engkau yang punya kuasa, namun berikan lah aku apa yang telah kau berikan dan titipkan kepadaku..ohh Tuhan…
Paska covid ini Engkau telah mengambil penerang jiwaku, dan aku pun sudah pasrah apa yang Engkau kehendaki. Masih ada hak kewajiban yang Engkau titipkan kepada ku ya Tuhan… Aku ingin hak kebahagian ku dengan anak-anak ku, tetapkan kami selalu bersama-sama ohh Tuhan…
“Cerita ini jeritan ku sendiri, aku berharap kalian handai tolan yang membaca berita ini dapat memberi jawaban dari kisah yang ku hadapi sekarang ini”.
Covid-19 yang melanda negeri Indonesia dan takdir ini juga memisahkan aku dengan istriku tercinta, kami berada di pulau Sumatera Utara tepatnya di kota Medan. Almarhum istriku yang bekerja disebuah perbankan, sore itu dia pulang kerja memakai ojek online dan saat itu aku sedang berada dihalaman rumah, aku bertanya, lho kok gak bawa motor mama pulangnya?
Seketika itu dia menjawab! Aku sudah gak kuat pakai motor papa…jawabnya. Almarhum istriku lalu tidur untuk istirahat sembari ku selimuti dengan kasih sayang. Beberapa hari kemudian aku bawa istri ku ke RSIA Artha Mahinrus Medan, untuk di cek karena saat itu almarhum istriku usia kehamilannya sudah 8 bulan, setelah dilakukan tes Ravid antigen dan tes PCR covid-19 dari hasil tes tersebut dinyatakan alamarhum istri ku positif namun lebih lanjut hasil PCR akan diketahui setelah 12 jam dan kami pun pulang.
Sekitar jam 10 pagi kami dikabari lagi oleh pihak RSIA Artha Mahinrus via selular (pdf) bahwa Alm. Istri ku benar-benar positif. Ke esokan harinya kami pergi ke RS Bunda Thamrin untuk perawatan covid-19 setelah administrasi selesai hasil CT Scan dinyatakan mengidap covid-19 gejala kritis dengan tingkat kerusakan paru-paru diatas 40%.
Saat akan dirawat inap aku pilih untuk menjaganya namun pihak RS tidak mengijinkan aku untuk menjaganya, sempat aku komplin kepada pihak RS namun istri ku mengatakan, sudah lah papa pulang saja jaga si Gavin biar ada temannya sebut istri ku, (Gavin anak pertama kami), sekalian semprot disenvektan kamar tidurnya, dan akhirnya kami pun pulang bersama Gavin.
Sekitar pukul 21.27 Wib, ada telepon dari RS Bunda Thamrin mengatakan supaya ada pihak keluarga yang menjaga karena ibu Rumetta kurang cooperate. Pada hari Jum’at, 1 Oktober 2021 sekitar pukul 15.01 bayi dengan tanpa nama (si butet) lahir ke dunia dari Ibu Rumetta Hotmaria Simbolon dan dari Ayah Chandra Guntur Sinaga lahir di RS Bunda Thamrin Medan dengan cara operasi cesar yang kemudian dinyatakan sebagai bayi premature dan terindikasi sebagai ‘bayi covid-19’ sehingga langsung dibawa keruang NICU RS Bunda Thamrin Medan dan langsung masuk incubator bayi.
Pada hari Sabtu 2 Oktober 2021 tepat pulkul 11.12 Wib, kami mendapat kabar bahwa tes pertama PCR si bayi (Butet) dinyatakan Negatif covid-19 serta selang oksigen mulai dilepas dari sibayi (Butet). Pada hari Minggu 3 Oktober 2021 pukul 17.30 Wib, mendapat kabar bahwa pada tes kedua PCR si bayi (Butet) dinyatakan negative covid -19.
Pada Senin 4 Oktober 2021 dapat kabar dari pihak RS bahwa Rumetta Hotmaria Simbolon dinyatakan meninggal dunia, kabar tersebut bagaikan pupus sudah impian cita dan cinta ku lepas direnggut ganasnya covid-19. Dengan kesepakatan keluarga mertua ku akhirnya Alm. istriku dimakamkan di TPU covid Simalingkar. Bayi ku si butet yang masih terbaring di NICU dengan penjagaan ketat ku putuskan untuk ke RS Bunda Thamrin karena harus mejaga dan mengawasi si bayi (Butet) dan selisih berapa jam kemudian ada kabar lagi bahwa si bayi (Butet) dinyatakan sebagai bayi kuning, dan dikabarkan juga bahwa hasil tes PCR ketiga si Butet dinyatakan negative covid-19. (Red/MJ).
Bersambung**
N/b. ada tambahan editor sebagai penyambung narasi ku (Chandra) tidak untuk mengada-ada bahwa betul ini pun kisah nyata yang aku alami dan telah ada kesepakatan dari aku, dan masih Panjang kisah ini bila handai tolan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam hidup ku setelah kepergian ibu dari anak-anak ku…dan nasib anak-anak ku yang lebih aku harapkan dapat kumpul bersama lagi. (kisah kronologi pdf sudah aku kirim ke redaksi media ini).
