Pematangsiantar, Skalainfo.net | Baginda Raja Siantar Drs.Sahat Damanik.MBA. Akhir- akhir ini justru semakin sering diminta untuk mengisi kegiatan dalam acara-acara yang diselenggarakan oleh berbagai element baik di Institusi Pemerintahan maupun Lembaga Non Pemerintah seperti Selasa 26 Januari 2021 kemarin kembali beliau diundang sebagai Nara Sumber Pembicara Utama oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara(AMAN) yang dengan Topik”Keberadaan Masyarakat Adat di Simalungun”

Dalam paparannya beliau memulai dengan pemikiran seorang Filosof Terkenal Dunia Socrates yang mengatakan bahwa manusia adalah Zoon Politicon, yaitu mahluk sosial yang suka berteman.Sejak manusia lahir sudah membutuhkan teman yaitu orang yang membantu kelahirannya.
Tumbuh besar juga manusia memerlukan teman hingga dewasa, Tua bahkan wafat Manusia tak bisa hidup tanpa teman. Dari pertemanan ini Manusia membentuk komunitas dan dalam komunitas itu akhirnya jadilah sebuah masyarakat.
Dalam hubungannya sesama masyarakat maka dibentuklah aturan yang mengatur tata kehidupannya dan itulah yang disebut Adat istiadat.
Simalungun adalah salah satu Daerah Tingkat Dua di Provinsi Sumatera yang berada di dataran tinggi dan rendah. Daerahnya subur dan luas. Penduduk aslinya adalah Suku Simalungun yang menurut historisnya berasal dari Hindia belakang.
Umumnya suku Simalungun cenderung hidup dari pertanian. Suku Simalungun bukanlah Suku Batak Toba yang mendiami sekitar Danau Toba serta lembah dan bukit bukit. Bahasa dan busana adatnya juga tak sama meskipun belakangan ini dengan derasnya masuk orang orang Batak Tapanuli baik dari Tapanuli Utara yang umumnya disebut Batak Toba dan juga Tapanuli Selatan yang dikenal sebagai Batak Mandailing atau Angkola.
Tapanuli sering diasumsikan sebagai Batak. Masyarakat Adat di Simalungun memang telah ada berabad-abad lalu dan keberadaan masyarakat adat ini hingga sekarang tetap eksis terlihat dalam setiap kegiatan baik suka maupun duka maka selalu dimulai dan diakhiri dengan adat.
Dalam struktur adat di Simalungun terdapat 4 unsur yakni.1.Tondong yang dikenal dalam bahasa Batak Toba sebagai Hula-hula yakni dari Pihak isteri yang sangat dihormati dengan motto Tondong Pangalopan Podah.
2.Sanina atau dalam bahasa Batak Toba Dongan Tubu Pangalopan riah.
3.Anak boru dengan motto Pangalopan gogoh.Dikenal dengan prinsip Tolu Sahundulan Opat Saodoran.
Keberadaan Masyarakat Adat di Simalungun tak dapat dirobah meskipun jaman sudah modern dengan serba canggihnya system Komputerisasi yang saat ini viral dengan istilah Medsos.Masyarakat Adat suku suku pendatang di Simalungun juga terbentuk meski berada di Wilayah Hukum Simalungun karena orang Simalungun sangat toleran terhadap etnis lainnya apalagi sebagai sesama bangsa Indonesia.
Semboyan adat Simalungun adalah “Habonaron do bona!”Kebenaran adalah diatas segalanya.Dalam acara workshop tersebut terjadi tanya jawab kepada Drs.Sahat Damanik.MBA.sebagai Nara sumber dari berbagai unsur masyarakat yang hadir seperti Tokoh Masyarakat dari Silimakuta,Dolok Panribuan, Balige Toba, Mahasiswa Katolik.GMKI.GMNI dan lain-lain namun semuanya dapat dijawab dengan sempurna dan peserta sangat bahagia karena dapat bersua langsung dengan Figur Publik yang selama ini telah mereka dengar namun belum pernah bertemu.
Pada workshop tersebut juga diselingi dengan tawa canda segar serta diakhiri dengan makan bersama dan photo.(MJ/red),
