Tangsel, Skalainfo : Penghormatan kepada bendera merah putih ketika dimulai acara pertunjukan lahir kelahiran jari jemari yang dipimpin oleh Guntur Bisowarno dalam sebuah karya yang diangkat dari novel Ade Dame, menggambarkan suatu kehidupan penuh dengan perjuangan yang melibatkan alam dibawah sadar yang membawanya kepada kehidupan rill yang sesungguhnya, di Warung Joglo Keramat, Lengkong Gudang Timur, Tangerang Selatan Rabu, 11 Maret 2020.
Ketika acara berlangsung dalam narasi yang diambil dalam novel cctv sorga tidak pernah padam karya Ade Dame, terjadi dialok yang sangat romantis sang penulis novel dan sang pelukis seperti dalam satu keluarga, percakapan pun mengalir deras sehingga melahirkan pilar-pilar unsure energy positif dengan masing-masing mereka yang memiliki talenta. Sang pelukis Sugeng Santoso mencurahkan pilarnya diatas selebaran kanvas putih sampai tercipta sebuah karya lukisan yang spektakuler dalam hasil percakapan narasi tersebut.
“Ditempat yang sama Ade Dame seorang penulis novel sangat kagum ketika hasil curahan yang dilukis oleh Sugeng Santoso sama persis dengan ungkapan yang ada di novel cctv sorga tidak pernah padam, berjalannya waktu kedua sang pencetus karya pun senang gembira dan semakin heroic”.
Para hadirin yang ikut menyaksikan pembuatan karya lukis bergaya ekspresionism tube pun tak terbendung untuk bertanya. Ketua Asosiasi Pengobat Tradisional Ramuan Indonesia (ASPETRI) Suprijanto mengatakan, saya sangat kagum dengan keahlian si pelukis dengan bauran cat atau tinta digoreskan dengan tangan jemarinya sehingga gambar yang indah tercipta dan hasil percakapan yang tadi sebenarnya saya sendiri belum memahami namun pada akhirnya sangat menjurus kepada narasi yang barusan mereka bicarakan itu, luar biasa saya sangat-sangat mengagumi kecerdasan sang pelukis, Ucap Suprijanto.
Dalam kesempatan itu juga seorang ahli akupuntur Thio Englan, mengapresiasi lukisan itu dengan letupan energy positif yang dimiiki Sugeng Santoso memberi warna pada kanvas putih ini sehingga cerita ada dalam gambar ini, Ucap Thio. Masih dikatakannya ada empat warna yang mendominasi karya tersebut, bercerita seseorang ingin keluar dari lorong yang gelap sampai pada titik yang diinginkan namun gapaian nya belum didapatkan, Ungkap Thio sambil tersenyum tipis Thio menagatakan ceritanya belum habis masih bersambung, Tutupnya.
Satu narasi sudah dilukis sudah dibedah dan dikupas sehingga titik akhir masih dalam pertanyaan besar bagi para penonton dan semakin penasaran semua mata tertuju kepada lukisan tersebut. Suasana ramai pengunjung yang terperangah menyaksikan aksi pertunjukan Lahirnya Kelahiran Jari Menari masih tetap ditunggu para hadirin. Ketika Mbah Openi Bukan Opini Guntur Bisowarno mengatakan bahwa pertunjukan dibreak untuk sementara, sembari menikmti hidangan yang sudah tersedia, dipersilahkan para tamu untuk rehat sejenak.
Pada seosein kedua sama dengan awal dilaksanakan nya acara, percakapan antara sang penulis dan sang pelukis meramu dialog narasi sehingga keharmonisan kedua insan seniman terlihat kepada satu keluarga yang arif. Awak mediapun tidak mengetahui apakah ini adalah suatu acara yang sengaja diperagakan atau betul-betul mereka adalah keluarga beneran sang awak media yang meliput pun sangat terkagum-kagum.
“Tidak terasa waktu rangkaian acara demi acara sudah berlangsung sehingga sampailah pada acara puncak yaitu karya lukisan Sugeng Santoso yang ke 5 (lima) dan diangkat dari sebuah novelis karya Ade Dame bertema Cctv Sorga Tidak Pernah Padam”.
Puncak pergumulan sebuah buku novel yang diceritakan melalui kanvas putih mulai dirasakan oleh semua para hadirin yang menyaksikan acara tersebut. Anwar seorang pengunjung diacara Lahirnya Kelahiran Jemari mengatakan, ini betul-betul suatu pertunjukan yang belum pernah terjadi sebelumnya, kemungkinan pun di dunia baru disini lah ada novel diungkapkan dalam lukisan, biasa nya novel diuraikan dalam film atau layar lebar sekarang ini malah diceritakan dalam bentuk lukisan sangat luar biasa, Ungkap Anwar.
Histeris para penonton pun mulai terlihat ada yang terdiam membisu seribu bahasa dan ada juga yang menggeleng-gelengkan kepalanya mengetahui alur dari cerita novel itu, ruangan bergema…suara pun terdengar, isak tangisan dari penulis novel pun sudah tak terbendung. Saat itu juga sang Maestro Sugeng Santoso meluapkan emosi nya dalam imajinasi tingkat tinggi sehingga energy positif yang begitu dahsyat menerawang dalam benaknya sampai kelimaknya dan Sang pelukispun meneteskan air matanya menangis se-histerisnya yang dia capai dalam menuangkan feeling imajinasi diakhir karya lukisannya itu. (Red/Amal).