Tangsel, Skalainfo| Di pagi hari yang cerah Sabtu 15 Februari 2020, di Warung Joglo Keramat Jl. Lengkong Gudang Timur Kota Tangerang Selatan, Team Nafas Bumi mempersiapkan segala perkakas dan kebulatan panggilan jiwa jaman nya, serta keyakinan atas momentum satuan kehadiran dan satuan kebaikan dari Sang Pencipta, untuk berangkat dalam perjalanan On The Spot Sugeng Santoso menuju Banten.

Telah siap siaga supaya segala sesuatu tidak ada yang ketinggalan, semua perencanaan dan pertimbangan sudah dibicarakan dengan sebaik baiknya.

Sebelum keberangkatan dimulai Team Nafas Bumi melakukan pembacaan doa yang dipimpin oleh Ketua team yaitu Antoni.

2 unit mobil sudah stanby untuk perjalanan menuju Banten dalam Pembuatan Alur Aliran On The Spot Maestro Sugeng Satoso, Team yang diberangkatkan diantaranya, Toni, Hery, Denny, Alfi dan Sugeng Santoso, Maestro Pelukis Ekspresionis Impresionis, Aliran Affandi, yang berperan sebagai pelukis yang akan menampilkan beberapa konten bersejarah yang ada di Provinsi Banten.

Setelah sampai di BANTEN Team Nafas Bumi lanjut menemui seorang sesepuh bernama Bapak Drajat dan dialah yang akan mengantar Team ke tempat-tempat bersejarah dan Kasepuhan yang berada di Provinsi Banten.

Tempat yang pertama dikunjungi oleh Team Nafas Bumi adalah keturunan Kasepuhan Banten yang bernama Bapak Ust. GUBUK Himi, yang berada di Kota Serang, tepatnya dipemukiman penduduk Banten Lama, Kampung Kamasan Gede, Desa Margasana, Kecamatan Keramat Watu, Provinsi Banten.

Ketika awak media skalainfo.net menanyakan tentang ada berapakah jumlah kesultanan di Banten? Saudara Hilmi mengatakan Kesultanan Banten itu ada (5) orang dan beliau sendiri adalah salahsatunya keturunan Kesultanan yang ke 4 (empat), Tuturnya.

Setelah bincang-bincang bersama Saudara Hilmi, ada kesepakatan untuk Team Nafas Bumi, melanjutkan kepokok inti yang akan dikunjungi yaitu makam atau situs Kesultanan Kenari (ke-4) yang terletak di Kampung Kenari, Kelurahan Kasunyatan, Kecamatan Kasemen Provinsi Banten.

Ditempat itu lah lokasi yang pertama Maestro Sugeng Santoso mengorbitkan Lukisan Perdana nya. Sebuah gambar Lukisan Gapura Pintu masuk kemakam Kesultanan Kenari dan disamping kiri berdiri bangunan Mesjid yang kokoh terlihat ada menara mesjid tinggi, sangat indah tatkala nilai tempat bersejarah itu tertuang semua diatas kanvas putih dalam lukisan Perdananya Sang Maestro Sugeng Santoso di Banten.

Begitu agresifnya energi satuan kebaikan berkarya yang meliputi Maestro Sugeng Santoso bergaya ekspresi tube menjipratkan catnya diatas kanvas putih langsung melukis dengan disaksikan banyak orang penduduk setempat dan pengunjung yang juga secara rutin datang berjiarah ke Makam Kesultanan Kenari tersebut.

Dalam hitungan sekitar 20 menet seorang Maestro Sugeng Santoso sudah menyelesaikan gambar lukisannya dan disambut tepuk tangan heroik yang ramai oleh penduduk setempat dengan terkagum-kagum warga setempat menyorakkan gerak jeda guratan goresan pelukisnya yang sangat hebat dan luar biasa.

Saudara Hilmi yang masih Keturunan Sultan Banten juga sangat meng-apresiasi lukisan yang di buat oleh Maestro Sugeng Santoso yang sangat mirip dengan aslinya, Ucapnya. Tambah Hilmi mengomentari, bahwa lukisan yang dibuat oleh Sugeng Santoso ini sudah diberi pintu oleh Para Sepuh atau Karuhun yang ada dilokasi ini sehingga bisa dibuatkan seindah ini lukisannya, Ucap Hilmi.

Dikesempatan itu hadir juga Bapak Dedi yang juga menjabat sebagai Lurah di wilayah tersebut, saat dikonfimasi awak media kepada Bapak Lurah Dedi mengatakan, baru pertama kali ini saya melihat pelukis yang dengan 20 menet langsung selesai dengan hasil yang sangat memuaskan, Ucapnya. Sebelumnya saya tidak tahu apa yang di baur-baurin di atas kanvas itu, masih dikatannya dengan pake tangan jari jemarinya, serta polesan goresan garis- garis tangan menjadi sebuah lukisan.

Lanjut Lurah Dedi, lukisan itu sangat mirip sekali dengan asli nya situs peninggalan Kesultanan Kenari Banten yang sarat dengan sejarah berdirinya kerajaan di Provinsi Banten ini. Sebelumnya saya tidak terpikirkan akan jadi lukisan secakep ini dan sebagus ini, Ungkapnya.

Masih dalam semangat Team Nafas Bumi awak Media Skalainfo pun tidak mau ketinggalan terus mengikuti dan perlahan-lahan rasa merasakan terejawantahkanNya arti dan makna dari perencanaan menjadi kejadian peristiwa dari tujuan team tersebut.

“Melakukan keputusan dan pilihan dengan objek bersejarah di tanah Banten ini”.

Obyek Sejarah Banten berikutnya. Sampailah pada tempat tujuan yang ke-2 yaitu Mesjid Agung Banten pukul 17. 45 waktu setempat, setelah berkoordinasi dengan panitia Mesjid Agung Banten sepakat selesai sholat ba’da magrib akan langsung melukis Mesjid Agung yang juga sarat dengan nilai dan makna hikmah hikmat sejarahnya peninggalan Kesultanan Kasepuhan Banten.

Tidak kurang dari 20 menet lukisan pun sudah selesai, dan disambut tepuk tangan yang riuh meriah dari para penonton yang ikut terlena oleh pemandangan gambar lukisan baru saja diselesaikan oleh Sang Maestro Sugeng Santoso bergaya expresinis kolase, berkarakter realis, naturalis, inpresionis sehingga lukisan itu sendiri mirip dengan Mesjid Agung tempo dulu.

“Komentar dari penonton yang menyaksikan pembuatan lukisan pun tak terbendung”.

Tubagus Anton Marzuki masih keturunan Kasepuhan Banten mengatakan, Mesjid Agung Banten ini adalah peninggalan Kesultanan Banten yang Pertama. Dibangun Mesjid ini untuk peselarasan umat Islam pada zaman itu. Masih dikatakan Anton, Mesjid ini untuk pendekatan manusia kepada Sang Khalik Allah SWT, bukan untuk tempat nongkrong ketemuan kelompok-kelempok tertentu, dari lukisan hasil karya Sugeng Santoso ini terlihat benar-benar seperti Mesjid tempo dulu ketika Para Kesultanan melakukan ibadahnya disini untuk mendekatkan hamba kepada Sang Pencipta, Tutur Anton.

Dalam kesempatan itu seorang Art Manager pelukis Sugeng Santoso, saudara Antoni mengatakan, Mesjid ini adalah cagar budaya Banten peninggalan dari Kasepuhan Kesultanan Banten yang harus dilestarikan simbol itu mengingatkan peradaban Islam pada zaman Kesultanan itu.

Masih dikatakannya tempat ini untuk beribadah, supaya medapatkan Safaat Nya. Pada saat ini fungsi dari Mesjid ini sudah mengalami perubahan yang sangat dratis yaitu keramaian orang-orang datang kadang hanya untuk membicarakan hal- hal lain, atau membuat pertemuan di Alun-alun Mesjid Agung ini, Ungkap Atoni.

Sejatinya masyarakat lebih melihat fungsi dari Mesjid itu sendiri agar tertanam kemulyaan pada diri sendiri, mencerminkan kepribadian pendahulu Kasepuhan Banten ini lebih bersyukur dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta alam semesta, Pungkasnya.

Mitha Cahyati seorang warga asli Banten mengatakan, sangat mengagumi hasil lukisan itu dan tidak menduga akan seindah ini jadinya…

wwooowww Ucap Mitha, luar biasa mitha menambahkan ketika belum jadi garis-garis kecil itu apa ya? arah goresan tersebut kemana ya?

Dan ketika sudah jadi lukisan nya ternyata garis gores yang kecil-kecil itu adalah keramaian orang yang berkunjung ke Mesjid Agung Banten, melihat dari kejauhan sungguh jelas orang-orang ramai mengunjungi Mesjid, saya kagum dan apresiasi, Ucap Mitha mengakhiri pembicaraan nya.

Malam pun semakin larut akhirnya Team Nafas Bumi sepakat akan bertolak ke Tangerang Selatan kembali.

Sebelum kembali pulang ke Rumah Joglo Keramat,

Team Nafas Bumi menyempatkan diri untuk mampir lagi kerumah Ustad Hilmi sebagai Sesepuh dan juga rasa menghormati, kedatangan Team Nafas Bumi telah bersedia dibantu sepenuhnya oleh Ustat Hilmi dalam perjalanan On The Spot Sugeng Santoso.

Sekitar pukul 04.00 pagi Team Nafas Bumi melanjutkan perjalanan pulang kembali ke Tangerang Selatan. (Red).

By admin

-+=